copas.id – Tim ilmuwan dari Universitas Harvard mengejutkan dunia dengan menciptakan hewan rekayasa genetika yang mereka sebut “tikus berbulu” karena memiliki karakteristik menyerupai mamut berbulu, hewan raksasa yang telah punah ribuan tahun lalu. Proyek ini berupaya memahami cara kerja gen mamut dan mengeksplorasi kemungkinan menghidupkan kembali spesies yang sudah lenyap dari muka bumi.
Teknologi Rekayasa Genetik Berperan Penting
Para peneliti memanfaatkan teknologi rekayasa genetika canggih bernama CRISPR-Cas9 untuk menyisipkan gen mamut berbulu ke dalam DNA tikus laboratorium. Gen-gen tersebut mengatur pertumbuhan bulu tebal, metabolisme dingin, dan penyesuaian tubuh terhadap iklim kutub. Hasilnya, tikus-tikus itu mulai menunjukkan ciri khas mamut, seperti bulu lebat dan suhu tubuh yang stabil di lingkungan dingin.
Proyek “De-Extinction” Mendekati Kenyataan
Para ilmuwan tidak hanya ingin menciptakan makhluk aneh. Mereka berambisi membawa kembali mamut berbulu ke habitat aslinya di tundra Siberia. Proyek ini dikenal dengan nama “de-extinction”, atau upaya menghidupkan kembali spesies punah. Dengan memahami gen mamut dan menerapkannya pada hewan hidup, para ilmuwan semakin dekat menuju penciptaan “mamut hibrida” yang mungkin suatu hari bisa berjalan di bumi lagi.
Tujuan Ekologis dan Perdebatan Etis
Proyek ini memiliki tujuan besar untuk memulihkan ekosistem tundra yang rusak. Mamut dipercaya mampu menjaga lapisan tanah beku (permafrost) dengan merobohkan pohon-pohon kecil dan menginjak-injak salju, sehingga membantu mencegah pelepasan karbon dari tanah beku. Namun, langkah ini memicu perdebatan etis. Sebagian kalangan mempertanyakan apakah manusia berhak “menghidupkan” kembali spesies punah dan memainkan peran sebagai pencipta.
Masa Depan Eksperimen dan Tantangannya
Para peneliti masih harus menghadapi berbagai tantangan ilmiah dan teknis. Mereka belum bisa menciptakan mamut sejati, melainkan baru menciptakan makhluk dengan sebagian sifat genetik mamut. Proses inkubasi, kehamilan buatan, dan adaptasi terhadap lingkungan tundra masih membutuhkan waktu bertahun-tahun. Meski begitu, pencapaian ini menandai kemajuan signifikan dalam bidang bioteknologi dan paleogenetika.
Harapan Baru bagi Spesies Punah?
Penemuan “tikus berbulu” ini membuka babak baru dalam ilmu pengetahuan. Jika para ilmuwan berhasil merekayasa spesies lain dengan gen purba, mereka bisa menciptakan peluang untuk melindungi keanekaragaman hayati dunia. Namun, mereka juga harus bertindak dengan hati-hati agar teknologi ini tidak menimbulkan dampak negatif yang tak terduga. Dunia kini menantikan apakah langkah ini akan benar-benar menghidupkan kembali raksasa zaman es atau justru membuka kotak Pandora baru bagi bumi.